Green Zone, Perpaduan Manis antara Fakta dan Rekaan
Green Zone merupakan film aksi-thriller garapan sineas papan atas, Paul Greengrass. Film ini diinspirasi dari buku Imperial Life in the Emerald City karya seorang jurnalis Rajiv Chandrasekaran yang konon ia tulis langsung di zona hijau di Baghdad. Greengrass sebelumnya sukses dengan film-film aksi berkualitas macam Bourne Supremacy, Bourne Ultimatum, serta film dokudrama, United 93. Ini merupakan kolaborasi kali ketiga antara sang sineas dengan aktor Matt Damon dengan didampingi Greg Kinnear, dan Amy Ryan.
Alkisah cerita filmnya dimulai beberapa minggu setelah pasukan sekutu menginvasi Irak. Roy Miller (Damon) dan timnya mendapat tugas untuk mencari senjata pemusnah masal berdasarkan info dari intel mereka. Dalam pencarian di tiga lokasi, Miller dan timnya selalu pulang dengan tangan hampa. Miller menganggap intel memberikan informasi yang salah namun semua dibantah oleh atasannya. Suatu ketika Miller tengah melakukan pencarian di sebuah lokasi, ia mendapat info dari seorang penduduk lokal bernama Freddy, bahwa di sebuah tempat tengah berlangsung pertemuan rahasia petinggi Irak. Miller yang menyergap lokasi tersebut kaget karena tanpa diduga pertemuan tersebut dihadiri jendral tangan kanan Saddam, Al-Rawi. Selanjutnya Miller dibantu Freddy berusaha terus membongkar konspirasi tingkat tinggi serta keterkaitan Al-Rawi dengan senjata pemusnah masal yang menjadi sebab musabab sekutu menyerang Irak.
Alkisah cerita filmnya dimulai beberapa minggu setelah pasukan sekutu menginvasi Irak. Roy Miller (Damon) dan timnya mendapat tugas untuk mencari senjata pemusnah masal berdasarkan info dari intel mereka. Dalam pencarian di tiga lokasi, Miller dan timnya selalu pulang dengan tangan hampa. Miller menganggap intel memberikan informasi yang salah namun semua dibantah oleh atasannya. Suatu ketika Miller tengah melakukan pencarian di sebuah lokasi, ia mendapat info dari seorang penduduk lokal bernama Freddy, bahwa di sebuah tempat tengah berlangsung pertemuan rahasia petinggi Irak. Miller yang menyergap lokasi tersebut kaget karena tanpa diduga pertemuan tersebut dihadiri jendral tangan kanan Saddam, Al-Rawi. Selanjutnya Miller dibantu Freddy berusaha terus membongkar konspirasi tingkat tinggi serta keterkaitan Al-Rawi dengan senjata pemusnah masal yang menjadi sebab musabab sekutu menyerang Irak.
Greengrass sebelumnya juga pernah membuat “interpretasi” sejenis, melalui filmnya Bloody Sunday serta United 93. Fakta adalah kunci yang dipegangnya dan Greengrass hanya mencoba menafsirkan awal sebuah peristiwa melalui data-data, buku, dokumen dan sebagainya. Dalam Green Zone, fakta yang ia pegang adalah tidak ditemukannya senjata pemusnah masal di Irak pasca invasi. Greengrass dengan sangat menawan mampu memadukan fakta dengan kisah rekaan (fiksi) menjadi sebuah tontonan yang sangat menghibur dan menegangkan. Filmnya menyajikan bagaimana andil seorang Chief Miller dengan hanya dibantu seorang penduduk lokal membongkar konspirasi yang dilakukan pejabat Washington yang memberikan informasi palsu yang menjadi penyebab utama sekutu melakukan invasi ke Irak.
Dalam filmnya kali ini Greengrass kembali dengan gayanya yang khas yakni, menggunakan teknik handheld kamera serta editing cepat. Untuk memperkuat nuansa “dokumenter” Greengrass juga menyajikan gambar filmnya dengan “flicker” (semut). Teknik-teknik tersebut menjadikan Green Zone layaknya sebuah film dokumenter. Terutama dalam adegan-adegan aksi kamera bergerak lebih cepat dan kasar lalu editing pun semakin cepat. Teknik-teknik diatas juga membuat akting para pemainnya tampak lebih natural.
Tidak diragukan Green Zone pasti menuai banyak kontroversi karena menyerang kebijakan pemerintah Amerika terkait invasi ke Irak. Sungguh-sungguh tidak dapat dipercaya plot bernuansa “anti-Amerika” seperti ini bisa diproduksi oleh Hollywood. Sineas dokumenter ternama, Michael Moore, berkomentar “I can't believe this film got made. It's been stupidly marketed as action film. It is the most HONEST film about Iraq War made by Hollywood”. Entahlah konspirasi tersebut benar atau tidak, apapun itu Green Zone adalah sebuah tontonan apik yang sangat menghibur dan bisa dibilang salah satu karya terbaik sang sineas. (B+)
Dalam filmnya kali ini Greengrass kembali dengan gayanya yang khas yakni, menggunakan teknik handheld kamera serta editing cepat. Untuk memperkuat nuansa “dokumenter” Greengrass juga menyajikan gambar filmnya dengan “flicker” (semut). Teknik-teknik tersebut menjadikan Green Zone layaknya sebuah film dokumenter. Terutama dalam adegan-adegan aksi kamera bergerak lebih cepat dan kasar lalu editing pun semakin cepat. Teknik-teknik diatas juga membuat akting para pemainnya tampak lebih natural.
Tidak diragukan Green Zone pasti menuai banyak kontroversi karena menyerang kebijakan pemerintah Amerika terkait invasi ke Irak. Sungguh-sungguh tidak dapat dipercaya plot bernuansa “anti-Amerika” seperti ini bisa diproduksi oleh Hollywood. Sineas dokumenter ternama, Michael Moore, berkomentar “I can't believe this film got made. It's been stupidly marketed as action film. It is the most HONEST film about Iraq War made by Hollywood”. Entahlah konspirasi tersebut benar atau tidak, apapun itu Green Zone adalah sebuah tontonan apik yang sangat menghibur dan bisa dibilang salah satu karya terbaik sang sineas. (B+)
Green Zone, Perpaduan Manis antara Fakta dan Rekaan
Green Zone merupakan film aksi-thriller garapan sineas papan atas, Paul Greengrass. Film ini diinspirasi dari buku Imperial Life in the Emerald City karya seorang jurnalis Rajiv Chandrasekaran yang konon ia tulis langsung di zona hijau di Baghdad. Greengrass sebelumnya sukses dengan film-film aksi berkualitas macam Bourne Supremacy, Bourne Ultimatum, serta film dokudrama, United 93. Ini merupakan kolaborasi kali ketiga antara sang sineas dengan aktor Matt Damon dengan didampingi Greg Kinnear, dan Amy Ryan.
Alkisah cerita filmnya dimulai beberapa minggu setelah pasukan sekutu menginvasi Irak. Roy Miller (Damon) dan timnya mendapat tugas untuk mencari senjata pemusnah masal berdasarkan info dari intel mereka. Dalam pencarian di tiga lokasi, Miller dan timnya selalu pulang dengan tangan hampa. Miller menganggap intel memberikan informasi yang salah namun semua dibantah oleh atasannya. Suatu ketika Miller tengah melakukan pencarian di sebuah lokasi, ia mendapat info dari seorang penduduk lokal bernama Freddy, bahwa di sebuah tempat tengah berlangsung pertemuan rahasia petinggi Irak. Miller yang menyergap lokasi tersebut kaget karena tanpa diduga pertemuan tersebut dihadiri jendral tangan kanan Saddam, Al-Rawi. Selanjutnya Miller dibantu Freddy berusaha terus membongkar konspirasi tingkat tinggi serta keterkaitan Al-Rawi dengan senjata pemusnah masal yang menjadi sebab musabab sekutu menyerang Irak.
Alkisah cerita filmnya dimulai beberapa minggu setelah pasukan sekutu menginvasi Irak. Roy Miller (Damon) dan timnya mendapat tugas untuk mencari senjata pemusnah masal berdasarkan info dari intel mereka. Dalam pencarian di tiga lokasi, Miller dan timnya selalu pulang dengan tangan hampa. Miller menganggap intel memberikan informasi yang salah namun semua dibantah oleh atasannya. Suatu ketika Miller tengah melakukan pencarian di sebuah lokasi, ia mendapat info dari seorang penduduk lokal bernama Freddy, bahwa di sebuah tempat tengah berlangsung pertemuan rahasia petinggi Irak. Miller yang menyergap lokasi tersebut kaget karena tanpa diduga pertemuan tersebut dihadiri jendral tangan kanan Saddam, Al-Rawi. Selanjutnya Miller dibantu Freddy berusaha terus membongkar konspirasi tingkat tinggi serta keterkaitan Al-Rawi dengan senjata pemusnah masal yang menjadi sebab musabab sekutu menyerang Irak.
Greengrass sebelumnya juga pernah membuat “interpretasi” sejenis, melalui filmnya Bloody Sunday serta United 93. Fakta adalah kunci yang dipegangnya dan Greengrass hanya mencoba menafsirkan awal sebuah peristiwa melalui data-data, buku, dokumen dan sebagainya. Dalam Green Zone, fakta yang ia pegang adalah tidak ditemukannya senjata pemusnah masal di Irak pasca invasi. Greengrass dengan sangat menawan mampu memadukan fakta dengan kisah rekaan (fiksi) menjadi sebuah tontonan yang sangat menghibur dan menegangkan. Filmnya menyajikan bagaimana andil seorang Chief Miller dengan hanya dibantu seorang penduduk lokal membongkar konspirasi yang dilakukan pejabat Washington yang memberikan informasi palsu yang menjadi penyebab utama sekutu melakukan invasi ke Irak.
Dalam filmnya kali ini Greengrass kembali dengan gayanya yang khas yakni, menggunakan teknik handheld kamera serta editing cepat. Untuk memperkuat nuansa “dokumenter” Greengrass juga menyajikan gambar filmnya dengan “flicker” (semut). Teknik-teknik tersebut menjadikan Green Zone layaknya sebuah film dokumenter. Terutama dalam adegan-adegan aksi kamera bergerak lebih cepat dan kasar lalu editing pun semakin cepat. Teknik-teknik diatas juga membuat akting para pemainnya tampak lebih natural.
Tidak diragukan Green Zone pasti menuai banyak kontroversi karena menyerang kebijakan pemerintah Amerika terkait invasi ke Irak. Sungguh-sungguh tidak dapat dipercaya plot bernuansa “anti-Amerika” seperti ini bisa diproduksi oleh Hollywood. Sineas dokumenter ternama, Michael Moore, berkomentar “I can't believe this film got made. It's been stupidly marketed as action film. It is the most HONEST film about Iraq War made by Hollywood”. Entahlah konspirasi tersebut benar atau tidak, apapun itu Green Zone adalah sebuah tontonan apik yang sangat menghibur dan bisa dibilang salah satu karya terbaik sang sineas. (B+)
Dalam filmnya kali ini Greengrass kembali dengan gayanya yang khas yakni, menggunakan teknik handheld kamera serta editing cepat. Untuk memperkuat nuansa “dokumenter” Greengrass juga menyajikan gambar filmnya dengan “flicker” (semut). Teknik-teknik tersebut menjadikan Green Zone layaknya sebuah film dokumenter. Terutama dalam adegan-adegan aksi kamera bergerak lebih cepat dan kasar lalu editing pun semakin cepat. Teknik-teknik diatas juga membuat akting para pemainnya tampak lebih natural.
Tidak diragukan Green Zone pasti menuai banyak kontroversi karena menyerang kebijakan pemerintah Amerika terkait invasi ke Irak. Sungguh-sungguh tidak dapat dipercaya plot bernuansa “anti-Amerika” seperti ini bisa diproduksi oleh Hollywood. Sineas dokumenter ternama, Michael Moore, berkomentar “I can't believe this film got made. It's been stupidly marketed as action film. It is the most HONEST film about Iraq War made by Hollywood”. Entahlah konspirasi tersebut benar atau tidak, apapun itu Green Zone adalah sebuah tontonan apik yang sangat menghibur dan bisa dibilang salah satu karya terbaik sang sineas. (B+)
Green Zone, Perpaduan Manis antara Fakta dan Rekaan
Green Zone merupakan film aksi-thriller garapan sineas papan atas, Paul Greengrass. Film ini diinspirasi dari buku Imperial Life in the Emerald City karya seorang jurnalis Rajiv Chandrasekaran yang konon ia tulis langsung di zona hijau di Baghdad. Greengrass sebelumnya sukses dengan film-film aksi berkualitas macam Bourne Supremacy, Bourne Ultimatum, serta film dokudrama, United 93. Ini merupakan kolaborasi kali ketiga antara sang sineas dengan aktor Matt Damon dengan didampingi Greg Kinnear, dan Amy Ryan.
Alkisah cerita filmnya dimulai beberapa minggu setelah pasukan sekutu menginvasi Irak. Roy Miller (Damon) dan timnya mendapat tugas untuk mencari senjata pemusnah masal berdasarkan info dari intel mereka. Dalam pencarian di tiga lokasi, Miller dan timnya selalu pulang dengan tangan hampa. Miller menganggap intel memberikan informasi yang salah namun semua dibantah oleh atasannya. Suatu ketika Miller tengah melakukan pencarian di sebuah lokasi, ia mendapat info dari seorang penduduk lokal bernama Freddy, bahwa di sebuah tempat tengah berlangsung pertemuan rahasia petinggi Irak. Miller yang menyergap lokasi tersebut kaget karena tanpa diduga pertemuan tersebut dihadiri jendral tangan kanan Saddam, Al-Rawi. Selanjutnya Miller dibantu Freddy berusaha terus membongkar konspirasi tingkat tinggi serta keterkaitan Al-Rawi dengan senjata pemusnah masal yang menjadi sebab musabab sekutu menyerang Irak.
Alkisah cerita filmnya dimulai beberapa minggu setelah pasukan sekutu menginvasi Irak. Roy Miller (Damon) dan timnya mendapat tugas untuk mencari senjata pemusnah masal berdasarkan info dari intel mereka. Dalam pencarian di tiga lokasi, Miller dan timnya selalu pulang dengan tangan hampa. Miller menganggap intel memberikan informasi yang salah namun semua dibantah oleh atasannya. Suatu ketika Miller tengah melakukan pencarian di sebuah lokasi, ia mendapat info dari seorang penduduk lokal bernama Freddy, bahwa di sebuah tempat tengah berlangsung pertemuan rahasia petinggi Irak. Miller yang menyergap lokasi tersebut kaget karena tanpa diduga pertemuan tersebut dihadiri jendral tangan kanan Saddam, Al-Rawi. Selanjutnya Miller dibantu Freddy berusaha terus membongkar konspirasi tingkat tinggi serta keterkaitan Al-Rawi dengan senjata pemusnah masal yang menjadi sebab musabab sekutu menyerang Irak.
Greengrass sebelumnya juga pernah membuat “interpretasi” sejenis, melalui filmnya Bloody Sunday serta United 93. Fakta adalah kunci yang dipegangnya dan Greengrass hanya mencoba menafsirkan awal sebuah peristiwa melalui data-data, buku, dokumen dan sebagainya. Dalam Green Zone, fakta yang ia pegang adalah tidak ditemukannya senjata pemusnah masal di Irak pasca invasi. Greengrass dengan sangat menawan mampu memadukan fakta dengan kisah rekaan (fiksi) menjadi sebuah tontonan yang sangat menghibur dan menegangkan. Filmnya menyajikan bagaimana andil seorang Chief Miller dengan hanya dibantu seorang penduduk lokal membongkar konspirasi yang dilakukan pejabat Washington yang memberikan informasi palsu yang menjadi penyebab utama sekutu melakukan invasi ke Irak.
Dalam filmnya kali ini Greengrass kembali dengan gayanya yang khas yakni, menggunakan teknik handheld kamera serta editing cepat. Untuk memperkuat nuansa “dokumenter” Greengrass juga menyajikan gambar filmnya dengan “flicker” (semut). Teknik-teknik tersebut menjadikan Green Zone layaknya sebuah film dokumenter. Terutama dalam adegan-adegan aksi kamera bergerak lebih cepat dan kasar lalu editing pun semakin cepat. Teknik-teknik diatas juga membuat akting para pemainnya tampak lebih natural.
Tidak diragukan Green Zone pasti menuai banyak kontroversi karena menyerang kebijakan pemerintah Amerika terkait invasi ke Irak. Sungguh-sungguh tidak dapat dipercaya plot bernuansa “anti-Amerika” seperti ini bisa diproduksi oleh Hollywood. Sineas dokumenter ternama, Michael Moore, berkomentar “I can't believe this film got made. It's been stupidly marketed as action film. It is the most HONEST film about Iraq War made by Hollywood”. Entahlah konspirasi tersebut benar atau tidak, apapun itu Green Zone adalah sebuah tontonan apik yang sangat menghibur dan bisa dibilang salah satu karya terbaik sang sineas. (B+)
Dalam filmnya kali ini Greengrass kembali dengan gayanya yang khas yakni, menggunakan teknik handheld kamera serta editing cepat. Untuk memperkuat nuansa “dokumenter” Greengrass juga menyajikan gambar filmnya dengan “flicker” (semut). Teknik-teknik tersebut menjadikan Green Zone layaknya sebuah film dokumenter. Terutama dalam adegan-adegan aksi kamera bergerak lebih cepat dan kasar lalu editing pun semakin cepat. Teknik-teknik diatas juga membuat akting para pemainnya tampak lebih natural.
Tidak diragukan Green Zone pasti menuai banyak kontroversi karena menyerang kebijakan pemerintah Amerika terkait invasi ke Irak. Sungguh-sungguh tidak dapat dipercaya plot bernuansa “anti-Amerika” seperti ini bisa diproduksi oleh Hollywood. Sineas dokumenter ternama, Michael Moore, berkomentar “I can't believe this film got made. It's been stupidly marketed as action film. It is the most HONEST film about Iraq War made by Hollywood”. Entahlah konspirasi tersebut benar atau tidak, apapun itu Green Zone adalah sebuah tontonan apik yang sangat menghibur dan bisa dibilang salah satu karya terbaik sang sineas. (B+)
Green Zone, Perpaduan Manis antara Fakta dan Rekaan
Green Zone merupakan film aksi-thriller garapan sineas papan atas, Paul Greengrass. Film ini diinspirasi dari buku Imperial Life in the Emerald City karya seorang jurnalis Rajiv Chandrasekaran yang konon ia tulis langsung di zona hijau di Baghdad. Greengrass sebelumnya sukses dengan film-film aksi berkualitas macam Bourne Supremacy, Bourne Ultimatum, serta film dokudrama, United 93. Ini merupakan kolaborasi kali ketiga antara sang sineas dengan aktor Matt Damon dengan didampingi Greg Kinnear, dan Amy Ryan.
Alkisah cerita filmnya dimulai beberapa minggu setelah pasukan sekutu menginvasi Irak. Roy Miller (Damon) dan timnya mendapat tugas untuk mencari senjata pemusnah masal berdasarkan info dari intel mereka. Dalam pencarian di tiga lokasi, Miller dan timnya selalu pulang dengan tangan hampa. Miller menganggap intel memberikan informasi yang salah namun semua dibantah oleh atasannya. Suatu ketika Miller tengah melakukan pencarian di sebuah lokasi, ia mendapat info dari seorang penduduk lokal bernama Freddy, bahwa di sebuah tempat tengah berlangsung pertemuan rahasia petinggi Irak. Miller yang menyergap lokasi tersebut kaget karena tanpa diduga pertemuan tersebut dihadiri jendral tangan kanan Saddam, Al-Rawi. Selanjutnya Miller dibantu Freddy berusaha terus membongkar konspirasi tingkat tinggi serta keterkaitan Al-Rawi dengan senjata pemusnah masal yang menjadi sebab musabab sekutu menyerang Irak.
Alkisah cerita filmnya dimulai beberapa minggu setelah pasukan sekutu menginvasi Irak. Roy Miller (Damon) dan timnya mendapat tugas untuk mencari senjata pemusnah masal berdasarkan info dari intel mereka. Dalam pencarian di tiga lokasi, Miller dan timnya selalu pulang dengan tangan hampa. Miller menganggap intel memberikan informasi yang salah namun semua dibantah oleh atasannya. Suatu ketika Miller tengah melakukan pencarian di sebuah lokasi, ia mendapat info dari seorang penduduk lokal bernama Freddy, bahwa di sebuah tempat tengah berlangsung pertemuan rahasia petinggi Irak. Miller yang menyergap lokasi tersebut kaget karena tanpa diduga pertemuan tersebut dihadiri jendral tangan kanan Saddam, Al-Rawi. Selanjutnya Miller dibantu Freddy berusaha terus membongkar konspirasi tingkat tinggi serta keterkaitan Al-Rawi dengan senjata pemusnah masal yang menjadi sebab musabab sekutu menyerang Irak.
Greengrass sebelumnya juga pernah membuat “interpretasi” sejenis, melalui filmnya Bloody Sunday serta United 93. Fakta adalah kunci yang dipegangnya dan Greengrass hanya mencoba menafsirkan awal sebuah peristiwa melalui data-data, buku, dokumen dan sebagainya. Dalam Green Zone, fakta yang ia pegang adalah tidak ditemukannya senjata pemusnah masal di Irak pasca invasi. Greengrass dengan sangat menawan mampu memadukan fakta dengan kisah rekaan (fiksi) menjadi sebuah tontonan yang sangat menghibur dan menegangkan. Filmnya menyajikan bagaimana andil seorang Chief Miller dengan hanya dibantu seorang penduduk lokal membongkar konspirasi yang dilakukan pejabat Washington yang memberikan informasi palsu yang menjadi penyebab utama sekutu melakukan invasi ke Irak.
Dalam filmnya kali ini Greengrass kembali dengan gayanya yang khas yakni, menggunakan teknik handheld kamera serta editing cepat. Untuk memperkuat nuansa “dokumenter” Greengrass juga menyajikan gambar filmnya dengan “flicker” (semut). Teknik-teknik tersebut menjadikan Green Zone layaknya sebuah film dokumenter. Terutama dalam adegan-adegan aksi kamera bergerak lebih cepat dan kasar lalu editing pun semakin cepat. Teknik-teknik diatas juga membuat akting para pemainnya tampak lebih natural.
Tidak diragukan Green Zone pasti menuai banyak kontroversi karena menyerang kebijakan pemerintah Amerika terkait invasi ke Irak. Sungguh-sungguh tidak dapat dipercaya plot bernuansa “anti-Amerika” seperti ini bisa diproduksi oleh Hollywood. Sineas dokumenter ternama, Michael Moore, berkomentar “I can't believe this film got made. It's been stupidly marketed as action film. It is the most HONEST film about Iraq War made by Hollywood”. Entahlah konspirasi tersebut benar atau tidak, apapun itu Green Zone adalah sebuah tontonan apik yang sangat menghibur dan bisa dibilang salah satu karya terbaik sang sineas. (B+)
Dalam filmnya kali ini Greengrass kembali dengan gayanya yang khas yakni, menggunakan teknik handheld kamera serta editing cepat. Untuk memperkuat nuansa “dokumenter” Greengrass juga menyajikan gambar filmnya dengan “flicker” (semut). Teknik-teknik tersebut menjadikan Green Zone layaknya sebuah film dokumenter. Terutama dalam adegan-adegan aksi kamera bergerak lebih cepat dan kasar lalu editing pun semakin cepat. Teknik-teknik diatas juga membuat akting para pemainnya tampak lebih natural.
Tidak diragukan Green Zone pasti menuai banyak kontroversi karena menyerang kebijakan pemerintah Amerika terkait invasi ke Irak. Sungguh-sungguh tidak dapat dipercaya plot bernuansa “anti-Amerika” seperti ini bisa diproduksi oleh Hollywood. Sineas dokumenter ternama, Michael Moore, berkomentar “I can't believe this film got made. It's been stupidly marketed as action film. It is the most HONEST film about Iraq War made by Hollywood”. Entahlah konspirasi tersebut benar atau tidak, apapun itu Green Zone adalah sebuah tontonan apik yang sangat menghibur dan bisa dibilang salah satu karya terbaik sang sineas. (B+)
Green Zone, Perpaduan Manis antara Fakta dan Rekaan
Green Zone merupakan film aksi-thriller garapan sineas papan atas, Paul Greengrass. Film ini diinspirasi dari buku Imperial Life in the Emerald City karya seorang jurnalis Rajiv Chandrasekaran yang konon ia tulis langsung di zona hijau di Baghdad. Greengrass sebelumnya sukses dengan film-film aksi berkualitas macam Bourne Supremacy, Bourne Ultimatum, serta film dokudrama, United 93. Ini merupakan kolaborasi kali ketiga antara sang sineas dengan aktor Matt Damon dengan didampingi Greg Kinnear, dan Amy Ryan.
Alkisah cerita filmnya dimulai beberapa minggu setelah pasukan sekutu menginvasi Irak. Roy Miller (Damon) dan timnya mendapat tugas untuk mencari senjata pemusnah masal berdasarkan info dari intel mereka. Dalam pencarian di tiga lokasi, Miller dan timnya selalu pulang dengan tangan hampa. Miller menganggap intel memberikan informasi yang salah namun semua dibantah oleh atasannya. Suatu ketika Miller tengah melakukan pencarian di sebuah lokasi, ia mendapat info dari seorang penduduk lokal bernama Freddy, bahwa di sebuah tempat tengah berlangsung pertemuan rahasia petinggi Irak. Miller yang menyergap lokasi tersebut kaget karena tanpa diduga pertemuan tersebut dihadiri jendral tangan kanan Saddam, Al-Rawi. Selanjutnya Miller dibantu Freddy berusaha terus membongkar konspirasi tingkat tinggi serta keterkaitan Al-Rawi dengan senjata pemusnah masal yang menjadi sebab musabab sekutu menyerang Irak.
Alkisah cerita filmnya dimulai beberapa minggu setelah pasukan sekutu menginvasi Irak. Roy Miller (Damon) dan timnya mendapat tugas untuk mencari senjata pemusnah masal berdasarkan info dari intel mereka. Dalam pencarian di tiga lokasi, Miller dan timnya selalu pulang dengan tangan hampa. Miller menganggap intel memberikan informasi yang salah namun semua dibantah oleh atasannya. Suatu ketika Miller tengah melakukan pencarian di sebuah lokasi, ia mendapat info dari seorang penduduk lokal bernama Freddy, bahwa di sebuah tempat tengah berlangsung pertemuan rahasia petinggi Irak. Miller yang menyergap lokasi tersebut kaget karena tanpa diduga pertemuan tersebut dihadiri jendral tangan kanan Saddam, Al-Rawi. Selanjutnya Miller dibantu Freddy berusaha terus membongkar konspirasi tingkat tinggi serta keterkaitan Al-Rawi dengan senjata pemusnah masal yang menjadi sebab musabab sekutu menyerang Irak.
Greengrass sebelumnya juga pernah membuat “interpretasi” sejenis, melalui filmnya Bloody Sunday serta United 93. Fakta adalah kunci yang dipegangnya dan Greengrass hanya mencoba menafsirkan awal sebuah peristiwa melalui data-data, buku, dokumen dan sebagainya. Dalam Green Zone, fakta yang ia pegang adalah tidak ditemukannya senjata pemusnah masal di Irak pasca invasi. Greengrass dengan sangat menawan mampu memadukan fakta dengan kisah rekaan (fiksi) menjadi sebuah tontonan yang sangat menghibur dan menegangkan. Filmnya menyajikan bagaimana andil seorang Chief Miller dengan hanya dibantu seorang penduduk lokal membongkar konspirasi yang dilakukan pejabat Washington yang memberikan informasi palsu yang menjadi penyebab utama sekutu melakukan invasi ke Irak.
Dalam filmnya kali ini Greengrass kembali dengan gayanya yang khas yakni, menggunakan teknik handheld kamera serta editing cepat. Untuk memperkuat nuansa “dokumenter” Greengrass juga menyajikan gambar filmnya dengan “flicker” (semut). Teknik-teknik tersebut menjadikan Green Zone layaknya sebuah film dokumenter. Terutama dalam adegan-adegan aksi kamera bergerak lebih cepat dan kasar lalu editing pun semakin cepat. Teknik-teknik diatas juga membuat akting para pemainnya tampak lebih natural.
Tidak diragukan Green Zone pasti menuai banyak kontroversi karena menyerang kebijakan pemerintah Amerika terkait invasi ke Irak. Sungguh-sungguh tidak dapat dipercaya plot bernuansa “anti-Amerika” seperti ini bisa diproduksi oleh Hollywood. Sineas dokumenter ternama, Michael Moore, berkomentar “I can't believe this film got made. It's been stupidly marketed as action film. It is the most HONEST film about Iraq War made by Hollywood”. Entahlah konspirasi tersebut benar atau tidak, apapun itu Green Zone adalah sebuah tontonan apik yang sangat menghibur dan bisa dibilang salah satu karya terbaik sang sineas. (B+)
Dalam filmnya kali ini Greengrass kembali dengan gayanya yang khas yakni, menggunakan teknik handheld kamera serta editing cepat. Untuk memperkuat nuansa “dokumenter” Greengrass juga menyajikan gambar filmnya dengan “flicker” (semut). Teknik-teknik tersebut menjadikan Green Zone layaknya sebuah film dokumenter. Terutama dalam adegan-adegan aksi kamera bergerak lebih cepat dan kasar lalu editing pun semakin cepat. Teknik-teknik diatas juga membuat akting para pemainnya tampak lebih natural.
Tidak diragukan Green Zone pasti menuai banyak kontroversi karena menyerang kebijakan pemerintah Amerika terkait invasi ke Irak. Sungguh-sungguh tidak dapat dipercaya plot bernuansa “anti-Amerika” seperti ini bisa diproduksi oleh Hollywood. Sineas dokumenter ternama, Michael Moore, berkomentar “I can't believe this film got made. It's been stupidly marketed as action film. It is the most HONEST film about Iraq War made by Hollywood”. Entahlah konspirasi tersebut benar atau tidak, apapun itu Green Zone adalah sebuah tontonan apik yang sangat menghibur dan bisa dibilang salah satu karya terbaik sang sineas. (B+)
Green Zone, Perpaduan Manis antara Fakta dan Rekaan
Green Zone merupakan film aksi-thriller garapan sineas papan atas, Paul Greengrass. Film ini diinspirasi dari buku Imperial Life in the Emerald City karya seorang jurnalis Rajiv Chandrasekaran yang konon ia tulis langsung di zona hijau di Baghdad. Greengrass sebelumnya sukses dengan film-film aksi berkualitas macam Bourne Supremacy, Bourne Ultimatum, serta film dokudrama, United 93. Ini merupakan kolaborasi kali ketiga antara sang sineas dengan aktor Matt Damon dengan didampingi Greg Kinnear, dan Amy Ryan.
Alkisah cerita filmnya dimulai beberapa minggu setelah pasukan sekutu menginvasi Irak. Roy Miller (Damon) dan timnya mendapat tugas untuk mencari senjata pemusnah masal berdasarkan info dari intel mereka. Dalam pencarian di tiga lokasi, Miller dan timnya selalu pulang dengan tangan hampa. Miller menganggap intel memberikan informasi yang salah namun semua dibantah oleh atasannya. Suatu ketika Miller tengah melakukan pencarian di sebuah lokasi, ia mendapat info dari seorang penduduk lokal bernama Freddy, bahwa di sebuah tempat tengah berlangsung pertemuan rahasia petinggi Irak. Miller yang menyergap lokasi tersebut kaget karena tanpa diduga pertemuan tersebut dihadiri jendral tangan kanan Saddam, Al-Rawi. Selanjutnya Miller dibantu Freddy berusaha terus membongkar konspirasi tingkat tinggi serta keterkaitan Al-Rawi dengan senjata pemusnah masal yang menjadi sebab musabab sekutu menyerang Irak.
Alkisah cerita filmnya dimulai beberapa minggu setelah pasukan sekutu menginvasi Irak. Roy Miller (Damon) dan timnya mendapat tugas untuk mencari senjata pemusnah masal berdasarkan info dari intel mereka. Dalam pencarian di tiga lokasi, Miller dan timnya selalu pulang dengan tangan hampa. Miller menganggap intel memberikan informasi yang salah namun semua dibantah oleh atasannya. Suatu ketika Miller tengah melakukan pencarian di sebuah lokasi, ia mendapat info dari seorang penduduk lokal bernama Freddy, bahwa di sebuah tempat tengah berlangsung pertemuan rahasia petinggi Irak. Miller yang menyergap lokasi tersebut kaget karena tanpa diduga pertemuan tersebut dihadiri jendral tangan kanan Saddam, Al-Rawi. Selanjutnya Miller dibantu Freddy berusaha terus membongkar konspirasi tingkat tinggi serta keterkaitan Al-Rawi dengan senjata pemusnah masal yang menjadi sebab musabab sekutu menyerang Irak.
Greengrass sebelumnya juga pernah membuat “interpretasi” sejenis, melalui filmnya Bloody Sunday serta United 93. Fakta adalah kunci yang dipegangnya dan Greengrass hanya mencoba menafsirkan awal sebuah peristiwa melalui data-data, buku, dokumen dan sebagainya. Dalam Green Zone, fakta yang ia pegang adalah tidak ditemukannya senjata pemusnah masal di Irak pasca invasi. Greengrass dengan sangat menawan mampu memadukan fakta dengan kisah rekaan (fiksi) menjadi sebuah tontonan yang sangat menghibur dan menegangkan. Filmnya menyajikan bagaimana andil seorang Chief Miller dengan hanya dibantu seorang penduduk lokal membongkar konspirasi yang dilakukan pejabat Washington yang memberikan informasi palsu yang menjadi penyebab utama sekutu melakukan invasi ke Irak.
Dalam filmnya kali ini Greengrass kembali dengan gayanya yang khas yakni, menggunakan teknik handheld kamera serta editing cepat. Untuk memperkuat nuansa “dokumenter” Greengrass juga menyajikan gambar filmnya dengan “flicker” (semut). Teknik-teknik tersebut menjadikan Green Zone layaknya sebuah film dokumenter. Terutama dalam adegan-adegan aksi kamera bergerak lebih cepat dan kasar lalu editing pun semakin cepat. Teknik-teknik diatas juga membuat akting para pemainnya tampak lebih natural.
Tidak diragukan Green Zone pasti menuai banyak kontroversi karena menyerang kebijakan pemerintah Amerika terkait invasi ke Irak. Sungguh-sungguh tidak dapat dipercaya plot bernuansa “anti-Amerika” seperti ini bisa diproduksi oleh Hollywood. Sineas dokumenter ternama, Michael Moore, berkomentar “I can't believe this film got made. It's been stupidly marketed as action film. It is the most HONEST film about Iraq War made by Hollywood”. Entahlah konspirasi tersebut benar atau tidak, apapun itu Green Zone adalah sebuah tontonan apik yang sangat menghibur dan bisa dibilang salah satu karya terbaik sang sineas. (B+)
Dalam filmnya kali ini Greengrass kembali dengan gayanya yang khas yakni, menggunakan teknik handheld kamera serta editing cepat. Untuk memperkuat nuansa “dokumenter” Greengrass juga menyajikan gambar filmnya dengan “flicker” (semut). Teknik-teknik tersebut menjadikan Green Zone layaknya sebuah film dokumenter. Terutama dalam adegan-adegan aksi kamera bergerak lebih cepat dan kasar lalu editing pun semakin cepat. Teknik-teknik diatas juga membuat akting para pemainnya tampak lebih natural.
Tidak diragukan Green Zone pasti menuai banyak kontroversi karena menyerang kebijakan pemerintah Amerika terkait invasi ke Irak. Sungguh-sungguh tidak dapat dipercaya plot bernuansa “anti-Amerika” seperti ini bisa diproduksi oleh Hollywood. Sineas dokumenter ternama, Michael Moore, berkomentar “I can't believe this film got made. It's been stupidly marketed as action film. It is the most HONEST film about Iraq War made by Hollywood”. Entahlah konspirasi tersebut benar atau tidak, apapun itu Green Zone adalah sebuah tontonan apik yang sangat menghibur dan bisa dibilang salah satu karya terbaik sang sineas. (B+)
Green Zone, Perpaduan Manis antara Fakta dan Rekaan
Green Zone merupakan film aksi-thriller garapan sineas papan atas, Paul Greengrass. Film ini diinspirasi dari buku Imperial Life in the Emerald City karya seorang jurnalis Rajiv Chandrasekaran yang konon ia tulis langsung di zona hijau di Baghdad. Greengrass sebelumnya sukses dengan film-film aksi berkualitas macam Bourne Supremacy, Bourne Ultimatum, serta film dokudrama, United 93. Ini merupakan kolaborasi kali ketiga antara sang sineas dengan aktor Matt Damon dengan didampingi Greg Kinnear, dan Amy Ryan.
Alkisah cerita filmnya dimulai beberapa minggu setelah pasukan sekutu menginvasi Irak. Roy Miller (Damon) dan timnya mendapat tugas untuk mencari senjata pemusnah masal berdasarkan info dari intel mereka. Dalam pencarian di tiga lokasi, Miller dan timnya selalu pulang dengan tangan hampa. Miller menganggap intel memberikan informasi yang salah namun semua dibantah oleh atasannya. Suatu ketika Miller tengah melakukan pencarian di sebuah lokasi, ia mendapat info dari seorang penduduk lokal bernama Freddy, bahwa di sebuah tempat tengah berlangsung pertemuan rahasia petinggi Irak. Miller yang menyergap lokasi tersebut kaget karena tanpa diduga pertemuan tersebut dihadiri jendral tangan kanan Saddam, Al-Rawi. Selanjutnya Miller dibantu Freddy berusaha terus membongkar konspirasi tingkat tinggi serta keterkaitan Al-Rawi dengan senjata pemusnah masal yang menjadi sebab musabab sekutu menyerang Irak.
Alkisah cerita filmnya dimulai beberapa minggu setelah pasukan sekutu menginvasi Irak. Roy Miller (Damon) dan timnya mendapat tugas untuk mencari senjata pemusnah masal berdasarkan info dari intel mereka. Dalam pencarian di tiga lokasi, Miller dan timnya selalu pulang dengan tangan hampa. Miller menganggap intel memberikan informasi yang salah namun semua dibantah oleh atasannya. Suatu ketika Miller tengah melakukan pencarian di sebuah lokasi, ia mendapat info dari seorang penduduk lokal bernama Freddy, bahwa di sebuah tempat tengah berlangsung pertemuan rahasia petinggi Irak. Miller yang menyergap lokasi tersebut kaget karena tanpa diduga pertemuan tersebut dihadiri jendral tangan kanan Saddam, Al-Rawi. Selanjutnya Miller dibantu Freddy berusaha terus membongkar konspirasi tingkat tinggi serta keterkaitan Al-Rawi dengan senjata pemusnah masal yang menjadi sebab musabab sekutu menyerang Irak.
Greengrass sebelumnya juga pernah membuat “interpretasi” sejenis, melalui filmnya Bloody Sunday serta United 93. Fakta adalah kunci yang dipegangnya dan Greengrass hanya mencoba menafsirkan awal sebuah peristiwa melalui data-data, buku, dokumen dan sebagainya. Dalam Green Zone, fakta yang ia pegang adalah tidak ditemukannya senjata pemusnah masal di Irak pasca invasi. Greengrass dengan sangat menawan mampu memadukan fakta dengan kisah rekaan (fiksi) menjadi sebuah tontonan yang sangat menghibur dan menegangkan. Filmnya menyajikan bagaimana andil seorang Chief Miller dengan hanya dibantu seorang penduduk lokal membongkar konspirasi yang dilakukan pejabat Washington yang memberikan informasi palsu yang menjadi penyebab utama sekutu melakukan invasi ke Irak.
Dalam filmnya kali ini Greengrass kembali dengan gayanya yang khas yakni, menggunakan teknik handheld kamera serta editing cepat. Untuk memperkuat nuansa “dokumenter” Greengrass juga menyajikan gambar filmnya dengan “flicker” (semut). Teknik-teknik tersebut menjadikan Green Zone layaknya sebuah film dokumenter. Terutama dalam adegan-adegan aksi kamera bergerak lebih cepat dan kasar lalu editing pun semakin cepat. Teknik-teknik diatas juga membuat akting para pemainnya tampak lebih natural.
Tidak diragukan Green Zone pasti menuai banyak kontroversi karena menyerang kebijakan pemerintah Amerika terkait invasi ke Irak. Sungguh-sungguh tidak dapat dipercaya plot bernuansa “anti-Amerika” seperti ini bisa diproduksi oleh Hollywood. Sineas dokumenter ternama, Michael Moore, berkomentar “I can't believe this film got made. It's been stupidly marketed as action film. It is the most HONEST film about Iraq War made by Hollywood”. Entahlah konspirasi tersebut benar atau tidak, apapun itu Green Zone adalah sebuah tontonan apik yang sangat menghibur dan bisa dibilang salah satu karya terbaik sang sineas. (B+)
Dalam filmnya kali ini Greengrass kembali dengan gayanya yang khas yakni, menggunakan teknik handheld kamera serta editing cepat. Untuk memperkuat nuansa “dokumenter” Greengrass juga menyajikan gambar filmnya dengan “flicker” (semut). Teknik-teknik tersebut menjadikan Green Zone layaknya sebuah film dokumenter. Terutama dalam adegan-adegan aksi kamera bergerak lebih cepat dan kasar lalu editing pun semakin cepat. Teknik-teknik diatas juga membuat akting para pemainnya tampak lebih natural.
Tidak diragukan Green Zone pasti menuai banyak kontroversi karena menyerang kebijakan pemerintah Amerika terkait invasi ke Irak. Sungguh-sungguh tidak dapat dipercaya plot bernuansa “anti-Amerika” seperti ini bisa diproduksi oleh Hollywood. Sineas dokumenter ternama, Michael Moore, berkomentar “I can't believe this film got made. It's been stupidly marketed as action film. It is the most HONEST film about Iraq War made by Hollywood”. Entahlah konspirasi tersebut benar atau tidak, apapun itu Green Zone adalah sebuah tontonan apik yang sangat menghibur dan bisa dibilang salah satu karya terbaik sang sineas. (B+)
Green Zone, Perpaduan Manis antara Fakta dan Rekaan
Green Zone merupakan film aksi-thriller garapan sineas papan atas, Paul Greengrass. Film ini diinspirasi dari buku Imperial Life in the Emerald City karya seorang jurnalis Rajiv Chandrasekaran yang konon ia tulis langsung di zona hijau di Baghdad. Greengrass sebelumnya sukses dengan film-film aksi berkualitas macam Bourne Supremacy, Bourne Ultimatum, serta film dokudrama, United 93. Ini merupakan kolaborasi kali ketiga antara sang sineas dengan aktor Matt Damon dengan didampingi Greg Kinnear, dan Amy Ryan.
Alkisah cerita filmnya dimulai beberapa minggu setelah pasukan sekutu menginvasi Irak. Roy Miller (Damon) dan timnya mendapat tugas untuk mencari senjata pemusnah masal berdasarkan info dari intel mereka. Dalam pencarian di tiga lokasi, Miller dan timnya selalu pulang dengan tangan hampa. Miller menganggap intel memberikan informasi yang salah namun semua dibantah oleh atasannya. Suatu ketika Miller tengah melakukan pencarian di sebuah lokasi, ia mendapat info dari seorang penduduk lokal bernama Freddy, bahwa di sebuah tempat tengah berlangsung pertemuan rahasia petinggi Irak. Miller yang menyergap lokasi tersebut kaget karena tanpa diduga pertemuan tersebut dihadiri jendral tangan kanan Saddam, Al-Rawi. Selanjutnya Miller dibantu Freddy berusaha terus membongkar konspirasi tingkat tinggi serta keterkaitan Al-Rawi dengan senjata pemusnah masal yang menjadi sebab musabab sekutu menyerang Irak.
Alkisah cerita filmnya dimulai beberapa minggu setelah pasukan sekutu menginvasi Irak. Roy Miller (Damon) dan timnya mendapat tugas untuk mencari senjata pemusnah masal berdasarkan info dari intel mereka. Dalam pencarian di tiga lokasi, Miller dan timnya selalu pulang dengan tangan hampa. Miller menganggap intel memberikan informasi yang salah namun semua dibantah oleh atasannya. Suatu ketika Miller tengah melakukan pencarian di sebuah lokasi, ia mendapat info dari seorang penduduk lokal bernama Freddy, bahwa di sebuah tempat tengah berlangsung pertemuan rahasia petinggi Irak. Miller yang menyergap lokasi tersebut kaget karena tanpa diduga pertemuan tersebut dihadiri jendral tangan kanan Saddam, Al-Rawi. Selanjutnya Miller dibantu Freddy berusaha terus membongkar konspirasi tingkat tinggi serta keterkaitan Al-Rawi dengan senjata pemusnah masal yang menjadi sebab musabab sekutu menyerang Irak.
Greengrass sebelumnya juga pernah membuat “interpretasi” sejenis, melalui filmnya Bloody Sunday serta United 93. Fakta adalah kunci yang dipegangnya dan Greengrass hanya mencoba menafsirkan awal sebuah peristiwa melalui data-data, buku, dokumen dan sebagainya. Dalam Green Zone, fakta yang ia pegang adalah tidak ditemukannya senjata pemusnah masal di Irak pasca invasi. Greengrass dengan sangat menawan mampu memadukan fakta dengan kisah rekaan (fiksi) menjadi sebuah tontonan yang sangat menghibur dan menegangkan. Filmnya menyajikan bagaimana andil seorang Chief Miller dengan hanya dibantu seorang penduduk lokal membongkar konspirasi yang dilakukan pejabat Washington yang memberikan informasi palsu yang menjadi penyebab utama sekutu melakukan invasi ke Irak.
Dalam filmnya kali ini Greengrass kembali dengan gayanya yang khas yakni, menggunakan teknik handheld kamera serta editing cepat. Untuk memperkuat nuansa “dokumenter” Greengrass juga menyajikan gambar filmnya dengan “flicker” (semut). Teknik-teknik tersebut menjadikan Green Zone layaknya sebuah film dokumenter. Terutama dalam adegan-adegan aksi kamera bergerak lebih cepat dan kasar lalu editing pun semakin cepat. Teknik-teknik diatas juga membuat akting para pemainnya tampak lebih natural.
Tidak diragukan Green Zone pasti menuai banyak kontroversi karena menyerang kebijakan pemerintah Amerika terkait invasi ke Irak. Sungguh-sungguh tidak dapat dipercaya plot bernuansa “anti-Amerika” seperti ini bisa diproduksi oleh Hollywood. Sineas dokumenter ternama, Michael Moore, berkomentar “I can't believe this film got made. It's been stupidly marketed as action film. It is the most HONEST film about Iraq War made by Hollywood”. Entahlah konspirasi tersebut benar atau tidak, apapun itu Green Zone adalah sebuah tontonan apik yang sangat menghibur dan bisa dibilang salah satu karya terbaik sang sineas. (B+)
Dalam filmnya kali ini Greengrass kembali dengan gayanya yang khas yakni, menggunakan teknik handheld kamera serta editing cepat. Untuk memperkuat nuansa “dokumenter” Greengrass juga menyajikan gambar filmnya dengan “flicker” (semut). Teknik-teknik tersebut menjadikan Green Zone layaknya sebuah film dokumenter. Terutama dalam adegan-adegan aksi kamera bergerak lebih cepat dan kasar lalu editing pun semakin cepat. Teknik-teknik diatas juga membuat akting para pemainnya tampak lebih natural.
Tidak diragukan Green Zone pasti menuai banyak kontroversi karena menyerang kebijakan pemerintah Amerika terkait invasi ke Irak. Sungguh-sungguh tidak dapat dipercaya plot bernuansa “anti-Amerika” seperti ini bisa diproduksi oleh Hollywood. Sineas dokumenter ternama, Michael Moore, berkomentar “I can't believe this film got made. It's been stupidly marketed as action film. It is the most HONEST film about Iraq War made by Hollywood”. Entahlah konspirasi tersebut benar atau tidak, apapun itu Green Zone adalah sebuah tontonan apik yang sangat menghibur dan bisa dibilang salah satu karya terbaik sang sineas. (B+)
Green Zone, Perpaduan Manis antara Fakta dan Rekaan
Green Zone merupakan film aksi-thriller garapan sineas papan atas, Paul Greengrass. Film ini diinspirasi dari buku Imperial Life in the Emerald City karya seorang jurnalis Rajiv Chandrasekaran yang konon ia tulis langsung di zona hijau di Baghdad. Greengrass sebelumnya sukses dengan film-film aksi berkualitas macam Bourne Supremacy, Bourne Ultimatum, serta film dokudrama, United 93. Ini merupakan kolaborasi kali ketiga antara sang sineas dengan aktor Matt Damon dengan didampingi Greg Kinnear, dan Amy Ryan.
Alkisah cerita filmnya dimulai beberapa minggu setelah pasukan sekutu menginvasi Irak. Roy Miller (Damon) dan timnya mendapat tugas untuk mencari senjata pemusnah masal berdasarkan info dari intel mereka. Dalam pencarian di tiga lokasi, Miller dan timnya selalu pulang dengan tangan hampa. Miller menganggap intel memberikan informasi yang salah namun semua dibantah oleh atasannya. Suatu ketika Miller tengah melakukan pencarian di sebuah lokasi, ia mendapat info dari seorang penduduk lokal bernama Freddy, bahwa di sebuah tempat tengah berlangsung pertemuan rahasia petinggi Irak. Miller yang menyergap lokasi tersebut kaget karena tanpa diduga pertemuan tersebut dihadiri jendral tangan kanan Saddam, Al-Rawi. Selanjutnya Miller dibantu Freddy berusaha terus membongkar konspirasi tingkat tinggi serta keterkaitan Al-Rawi dengan senjata pemusnah masal yang menjadi sebab musabab sekutu menyerang Irak.
Alkisah cerita filmnya dimulai beberapa minggu setelah pasukan sekutu menginvasi Irak. Roy Miller (Damon) dan timnya mendapat tugas untuk mencari senjata pemusnah masal berdasarkan info dari intel mereka. Dalam pencarian di tiga lokasi, Miller dan timnya selalu pulang dengan tangan hampa. Miller menganggap intel memberikan informasi yang salah namun semua dibantah oleh atasannya. Suatu ketika Miller tengah melakukan pencarian di sebuah lokasi, ia mendapat info dari seorang penduduk lokal bernama Freddy, bahwa di sebuah tempat tengah berlangsung pertemuan rahasia petinggi Irak. Miller yang menyergap lokasi tersebut kaget karena tanpa diduga pertemuan tersebut dihadiri jendral tangan kanan Saddam, Al-Rawi. Selanjutnya Miller dibantu Freddy berusaha terus membongkar konspirasi tingkat tinggi serta keterkaitan Al-Rawi dengan senjata pemusnah masal yang menjadi sebab musabab sekutu menyerang Irak.
Greengrass sebelumnya juga pernah membuat “interpretasi” sejenis, melalui filmnya Bloody Sunday serta United 93. Fakta adalah kunci yang dipegangnya dan Greengrass hanya mencoba menafsirkan awal sebuah peristiwa melalui data-data, buku, dokumen dan sebagainya. Dalam Green Zone, fakta yang ia pegang adalah tidak ditemukannya senjata pemusnah masal di Irak pasca invasi. Greengrass dengan sangat menawan mampu memadukan fakta dengan kisah rekaan (fiksi) menjadi sebuah tontonan yang sangat menghibur dan menegangkan. Filmnya menyajikan bagaimana andil seorang Chief Miller dengan hanya dibantu seorang penduduk lokal membongkar konspirasi yang dilakukan pejabat Washington yang memberikan informasi palsu yang menjadi penyebab utama sekutu melakukan invasi ke Irak.
Dalam filmnya kali ini Greengrass kembali dengan gayanya yang khas yakni, menggunakan teknik handheld kamera serta editing cepat. Untuk memperkuat nuansa “dokumenter” Greengrass juga menyajikan gambar filmnya dengan “flicker” (semut). Teknik-teknik tersebut menjadikan Green Zone layaknya sebuah film dokumenter. Terutama dalam adegan-adegan aksi kamera bergerak lebih cepat dan kasar lalu editing pun semakin cepat. Teknik-teknik diatas juga membuat akting para pemainnya tampak lebih natural.
Tidak diragukan Green Zone pasti menuai banyak kontroversi karena menyerang kebijakan pemerintah Amerika terkait invasi ke Irak. Sungguh-sungguh tidak dapat dipercaya plot bernuansa “anti-Amerika” seperti ini bisa diproduksi oleh Hollywood. Sineas dokumenter ternama, Michael Moore, berkomentar “I can't believe this film got made. It's been stupidly marketed as action film. It is the most HONEST film about Iraq War made by Hollywood”. Entahlah konspirasi tersebut benar atau tidak, apapun itu Green Zone adalah sebuah tontonan apik yang sangat menghibur dan bisa dibilang salah satu karya terbaik sang sineas. (B+)
Dalam filmnya kali ini Greengrass kembali dengan gayanya yang khas yakni, menggunakan teknik handheld kamera serta editing cepat. Untuk memperkuat nuansa “dokumenter” Greengrass juga menyajikan gambar filmnya dengan “flicker” (semut). Teknik-teknik tersebut menjadikan Green Zone layaknya sebuah film dokumenter. Terutama dalam adegan-adegan aksi kamera bergerak lebih cepat dan kasar lalu editing pun semakin cepat. Teknik-teknik diatas juga membuat akting para pemainnya tampak lebih natural.
Tidak diragukan Green Zone pasti menuai banyak kontroversi karena menyerang kebijakan pemerintah Amerika terkait invasi ke Irak. Sungguh-sungguh tidak dapat dipercaya plot bernuansa “anti-Amerika” seperti ini bisa diproduksi oleh Hollywood. Sineas dokumenter ternama, Michael Moore, berkomentar “I can't believe this film got made. It's been stupidly marketed as action film. It is the most HONEST film about Iraq War made by Hollywood”. Entahlah konspirasi tersebut benar atau tidak, apapun itu Green Zone adalah sebuah tontonan apik yang sangat menghibur dan bisa dibilang salah satu karya terbaik sang sineas. (B+)
Green Zone, Perpaduan Manis antara Fakta dan Rekaan
Green Zone merupakan film aksi-thriller garapan sineas papan atas, Paul Greengrass. Film ini diinspirasi dari buku Imperial Life in the Emerald City karya seorang jurnalis Rajiv Chandrasekaran yang konon ia tulis langsung di zona hijau di Baghdad. Greengrass sebelumnya sukses dengan film-film aksi berkualitas macam Bourne Supremacy, Bourne Ultimatum, serta film dokudrama, United 93. Ini merupakan kolaborasi kali ketiga antara sang sineas dengan aktor Matt Damon dengan didampingi Greg Kinnear, dan Amy Ryan.
Alkisah cerita filmnya dimulai beberapa minggu setelah pasukan sekutu menginvasi Irak. Roy Miller (Damon) dan timnya mendapat tugas untuk mencari senjata pemusnah masal berdasarkan info dari intel mereka. Dalam pencarian di tiga lokasi, Miller dan timnya selalu pulang dengan tangan hampa. Miller menganggap intel memberikan informasi yang salah namun semua dibantah oleh atasannya. Suatu ketika Miller tengah melakukan pencarian di sebuah lokasi, ia mendapat info dari seorang penduduk lokal bernama Freddy, bahwa di sebuah tempat tengah berlangsung pertemuan rahasia petinggi Irak. Miller yang menyergap lokasi tersebut kaget karena tanpa diduga pertemuan tersebut dihadiri jendral tangan kanan Saddam, Al-Rawi. Selanjutnya Miller dibantu Freddy berusaha terus membongkar konspirasi tingkat tinggi serta keterkaitan Al-Rawi dengan senjata pemusnah masal yang menjadi sebab musabab sekutu menyerang Irak.
Alkisah cerita filmnya dimulai beberapa minggu setelah pasukan sekutu menginvasi Irak. Roy Miller (Damon) dan timnya mendapat tugas untuk mencari senjata pemusnah masal berdasarkan info dari intel mereka. Dalam pencarian di tiga lokasi, Miller dan timnya selalu pulang dengan tangan hampa. Miller menganggap intel memberikan informasi yang salah namun semua dibantah oleh atasannya. Suatu ketika Miller tengah melakukan pencarian di sebuah lokasi, ia mendapat info dari seorang penduduk lokal bernama Freddy, bahwa di sebuah tempat tengah berlangsung pertemuan rahasia petinggi Irak. Miller yang menyergap lokasi tersebut kaget karena tanpa diduga pertemuan tersebut dihadiri jendral tangan kanan Saddam, Al-Rawi. Selanjutnya Miller dibantu Freddy berusaha terus membongkar konspirasi tingkat tinggi serta keterkaitan Al-Rawi dengan senjata pemusnah masal yang menjadi sebab musabab sekutu menyerang Irak.
Greengrass sebelumnya juga pernah membuat “interpretasi” sejenis, melalui filmnya Bloody Sunday serta United 93. Fakta adalah kunci yang dipegangnya dan Greengrass hanya mencoba menafsirkan awal sebuah peristiwa melalui data-data, buku, dokumen dan sebagainya. Dalam Green Zone, fakta yang ia pegang adalah tidak ditemukannya senjata pemusnah masal di Irak pasca invasi. Greengrass dengan sangat menawan mampu memadukan fakta dengan kisah rekaan (fiksi) menjadi sebuah tontonan yang sangat menghibur dan menegangkan. Filmnya menyajikan bagaimana andil seorang Chief Miller dengan hanya dibantu seorang penduduk lokal membongkar konspirasi yang dilakukan pejabat Washington yang memberikan informasi palsu yang menjadi penyebab utama sekutu melakukan invasi ke Irak.
Dalam filmnya kali ini Greengrass kembali dengan gayanya yang khas yakni, menggunakan teknik handheld kamera serta editing cepat. Untuk memperkuat nuansa “dokumenter” Greengrass juga menyajikan gambar filmnya dengan “flicker” (semut). Teknik-teknik tersebut menjadikan Green Zone layaknya sebuah film dokumenter. Terutama dalam adegan-adegan aksi kamera bergerak lebih cepat dan kasar lalu editing pun semakin cepat. Teknik-teknik diatas juga membuat akting para pemainnya tampak lebih natural.
Tidak diragukan Green Zone pasti menuai banyak kontroversi karena menyerang kebijakan pemerintah Amerika terkait invasi ke Irak. Sungguh-sungguh tidak dapat dipercaya plot bernuansa “anti-Amerika” seperti ini bisa diproduksi oleh Hollywood. Sineas dokumenter ternama, Michael Moore, berkomentar “I can't believe this film got made. It's been stupidly marketed as action film. It is the most HONEST film about Iraq War made by Hollywood”. Entahlah konspirasi tersebut benar atau tidak, apapun itu Green Zone adalah sebuah tontonan apik yang sangat menghibur dan bisa dibilang salah satu karya terbaik sang sineas. (B+)
Dalam filmnya kali ini Greengrass kembali dengan gayanya yang khas yakni, menggunakan teknik handheld kamera serta editing cepat. Untuk memperkuat nuansa “dokumenter” Greengrass juga menyajikan gambar filmnya dengan “flicker” (semut). Teknik-teknik tersebut menjadikan Green Zone layaknya sebuah film dokumenter. Terutama dalam adegan-adegan aksi kamera bergerak lebih cepat dan kasar lalu editing pun semakin cepat. Teknik-teknik diatas juga membuat akting para pemainnya tampak lebih natural.
Tidak diragukan Green Zone pasti menuai banyak kontroversi karena menyerang kebijakan pemerintah Amerika terkait invasi ke Irak. Sungguh-sungguh tidak dapat dipercaya plot bernuansa “anti-Amerika” seperti ini bisa diproduksi oleh Hollywood. Sineas dokumenter ternama, Michael Moore, berkomentar “I can't believe this film got made. It's been stupidly marketed as action film. It is the most HONEST film about Iraq War made by Hollywood”. Entahlah konspirasi tersebut benar atau tidak, apapun itu Green Zone adalah sebuah tontonan apik yang sangat menghibur dan bisa dibilang salah satu karya terbaik sang sineas. (B+)
Lagu Lainnya...
Anda Disini > Home >
Berita Film
> Film Penuh Kontroversi,Green Zone